CENTRALNESIA – Bank Dunia memperingatkan bahwa harga komoditas global, termasuk pangan dan bahan bakar minyak (BBM), kemungkinan akan turun selama dua tahun ke depan, menyusul prediksi bahwa harga komoditas global bisa turun sekitar 10%. Penurunan ini diakibatkan oleh beberapa faktor, termasuk peningkatan produksi minyak, penurunan permintaan di China, dan terus berlangsungnya transisi ke energi bersih.
Dalam laporannya, Bank Dunia memperkirakan harga pangan akan turun sekitar 9% tahun ini, dengan tambahan penurunan 4% pada 2025. Harga energi juga diperkirakan menurun sebesar 6% pada tahun 2025 dan berlanjut hingga 2% pada 2026. Sebagai hasilnya, harga minyak mentah Brent dapat turun dari rata-rata USD 80 per barel pada tahun 2024 menjadi sekitar USD 73 pada 2025 dan USD 72 pada 2026.
Beberapa faktor mendukung penurunan harga ini, seperti peningkatan produksi dari negara-negara di luar OPEC+, yang diperkirakan mencapai 7 juta barel per hari, hampir dua kali lipat jumlah selama pandemi 2019. Pasokan berlebih ini terjadi bersamaan dengan meningkatnya penjualan kendaraan listrik dan penggunaan bahan bakar gas alam cair (LNG). Namun, Indermit Gill, Kepala Ekonom Bank Dunia, menekankan bahwa meski pasokan yang lebih baik dan harga komoditas yang lebih rendah dapat meredam dampak gejolak geopolitik, harga pangan di negara-negara berkembang tetap tinggi dan dapat menciptakan inflasi pangan hingga dua kali lipat dari negara maju.
Penurunan harga ini, menurut Ayhan Kose, Wakil Kepala Ekonom Grup Bank Dunia, membuka peluang bagi negara berkembang untuk menstabilkan kebijakan moneter dan mengurangi subsidi bahan bakar fosil yang mahal.
More Stories
Harga Emas Merosot Drastis Setelah Kemenangan Trump, Investor Alihkan Dana ke Dolar AS!
OJK Perkuat Pengawasan terhadap Kegiatan Usaha Tanpa Izin di Sektor Keuangan
Pertumbuhan Kredit Perbankan di Kaltara Mencapai 9,51%