CENTRALNESIA – Presiden Prabowo Subianto memiliki visi kuat untuk mewujudkan kedaulatan energi bagi Indonesia melalui transisi menuju energi berkelanjutan. Dengan fokus pada teknologi hijau, pemerintah berupaya mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan memanfaatkan sumber daya terbarukan seperti matahari, angin, dan geotermal. Potensi besar ini jika dikelola dengan tepat, akan memperkuat ketahanan energi jangka panjang.
PT Pertamina, sebagai pemain utama dalam sektor energi nasional, mendukung visi tersebut dengan mengembangkan teknologi rendah karbon, termasuk program biofuel, energi geotermal, serta carbon capture utilization and storage (CCS/CCUS). Langkah ini mencerminkan keseriusan Indonesia dalam beralih ke energi hijau, selaras dengan target net zero emission (NZE) pada tahun 2060. Kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat menjadi kunci untuk mencapai kemandirian energi tersebut.
Pengembangan Teknologi Rendah Karbon
Pertamina terus merumuskan strategi teknologi rendah karbon untuk mendukung kedaulatan energi Indonesia. Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, mengungkapkan bahwa terobosan seperti pengembangan biofuel, petrochemical, geotermal, dan CCS/CCUS telah diluncurkan untuk mendukung kebijakan energi hijau. Salah satu pencapaian terbesar adalah biofuel berbasis bahan bakar nabati, seperti biodiesel B35 yang dapat menekan emisi CO2 secara signifikan.
Selain itu, Pertamina juga mengembangkan bahan bakar berkelanjutan lain seperti Pertamax Green dan Sustainable Aviation Fuel (SAF), yang diharapkan menggantikan bahan bakar konvensional dalam berbagai sektor, termasuk penerbangan. Di bidang geotermal, Pertamina mengelola 15 wilayah kerja panas bumi dengan target peningkatan kapasitas menjadi 1 gigawatt untuk menunjang swasembada energi nasional.
Di sektor petrokimia, Pertamina meningkatkan produksi domestik untuk mengurangi ketergantungan impor dan mendukung industri nasional. Hingga 2025, produksi petrokimia diharapkan mencapai 3,2 juta ton per tahun, membuka peluang kemitraan global.
Teknologi CCS/CCUS juga diterapkan di beberapa wilayah kerja Pertamina, seperti Sukowati, Jatibarang, dan Ramba, dengan target mengurangi emisi karbon hingga 1,5 juta ton pada tahun 2029.
Inisiatif Desa Energi Berdikari
Sebagai upaya untuk mendukung kemandirian energi pada tingkat komunitas, Pertamina meluncurkan program “Desa Energi Berdikari,” yang telah menjangkau 85 desa di seluruh Indonesia. Program ini melibatkan masyarakat dalam penggunaan energi terbarukan dan memperkuat ketahanan energi lokal.
Selain itu, Pertamina terus mempertahankan bisnis energi konvensional yang mengutamakan keberlanjutan, dengan target penurunan emisi yang konsisten. Pertamina berhasil melampaui target reduksi emisi sebesar 1,13 juta ton CO2, lebih tinggi dari target awal sebesar 910 ribu ton CO2, membuktikan efektivitas transisi energi rendah karbon yang berdampak nyata bagi lingkungan.
Upaya ini menjadi langkah penting dalam mencapai tujuan kedaulatan energi yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo, sekaligus mendekatkan Indonesia pada masa depan energi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
More Stories
Mewujudkan Mimpi dari Puncak Bukit Dunu
BRI Danareksa Meraih Juara dalam Kompetisi Pembukaan Rekening Efek Terbanyak
Dewan Pers Memberikan Apresiasi terhadap Program BRI Fellowship Journalism 2025