
CENTRALNESIA – Harga emas mengalami penurunan signifikan setelah kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden AS 2024, yang mengarah pada penguatan dolar AS dan berkurangnya permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven.
Pada perdagangan Rabu, harga emas spot turun hingga 3%, mencapai US$ 2.660 per troy ons. Penurunan ini dipicu oleh penguatan dolar AS yang melonjak lebih dari 1,3% ke level tertinggi 105,32 pada indeks DXY. Donald Trump yang terpilih sebagai presiden berikutnya menciptakan ekspektasi bahwa kebijakan ekonomi yang lebih pro-bisnis dan pro-pasar akan segera diterapkan, yang mendorong investor untuk mengalihkan dana mereka dari emas ke dolar AS, saham, dan bitcoin.
Trump’s pro-business policies—seperti penurunan pajak dan pelonggaran regulasi—menghasilkan optimisme pasar dan mendukung reli pasar saham AS. Pada S&P 500, terjadi kenaikan 2,2% dalam perdagangan pra-pasar, sementara Dow 30 futures naik lebih dari 1,3%, yang pada gilirannya semakin menekan permintaan untuk emas. Investor juga mengalihkan perhatian mereka ke bitcoin, yang harganya tercatat naik ke level tertinggi sepanjang masa di US$ 75.407, sebagian karena klaim Trump akan regulasi yang lebih longgar untuk sektor kripto.
Secara teknikal, indikator Moving Average menunjukkan tren bearish yang kuat pada XAU/USD (harga emas terhadap dolar AS). Berdasarkan analisis ini, harga emas bisa turun menuju US$ 2.637, meskipun kemungkinan ada potensi rebound ke US$ 2.676 jika harga mengalami pantulan di level tersebut.
Penyebab lain dari penurunan ini adalah ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) mungkin tidak akan melanjutkan kebijakan pelonggaran moneter agresif di tengah defisit belanja AS yang tinggi, sementara imbalan hasil obligasi AS yang terus naik menambah daya tarik aset dengan imbal hasil, membuat emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi kurang menarik.
Klaim Trump yang optimis dapat menyelesaikan konflik Timur Tengah dan Ukraina hanya dalam waktu satu hari juga mengurangi ketidakpastian geopolitik, yang biasanya meningkatkan permintaan untuk emas sebagai pelindung nilai.
Secara keseluruhan, arus modal yang mengalir ke dolar AS, bitcoin, dan saham mengindikasikan bahwa pasar lebih memilih aset yang dianggap lebih berisiko namun lebih menguntungkan dalam kondisi pasar yang optimis. Oleh karena itu, meski emas mungkin masih berpotensi pulih jika terjadi perubahan besar dalam sentimen atau penurunan mendalam dalam kekuatan dolar AS, dalam jangka pendek, tren bearish tetap mendominasi harga emas.
More Stories
Efisiensi Anggaran Pemerintah Harus Dimitigasi untuk Menjaga Pertumbuhan Ekonomi
KKP Dorong PT Garam Tingkatkan Produksi Menuju Swasembada Garam 2027
Persaingan Likuiditas Perbankan Kian Ketat, Bank Mandiri Soroti Tantangan Penghimpunan Dana