CENTRALNESIA – Candi Muaro Jambi, sebagai warisan sejarah Indonesia, kini menjadi pusat perhatian dengan adanya proyek revitalisasi kawasan cagar budaya nasional. Terletak di Kecamatan Maro Sebo, sekitar 26 km sebelah timur Kota Jambi, kompleks ini mencakup sekitar 3.981 hektare, menjadikannya sebagai salah satu situs candi terluas di Indonesia. Proyek ini bukan hanya sebuah upaya pemeliharaan situs sejarah, tetapi juga merupakan langkah besar untuk memperkenalkan nilai budaya dan pariwisata Indonesia di Pulau Sumatera kepada dunia.
Fokus Revitalisasi: Pembangunan Fisik dan Penggalian Sejarah
Revitalisasi kawasan Candi Muaro Jambi difokuskan pada dua aspek utama: pembangunan fisik dan penggalian sejarah. Selain memperbaiki infrastruktur, proyek ini melibatkan ekskavasi simbol-simbol peradaban masa lalu yang kaya akan nilai agama, budaya, dan pendidikan. Pemugaran dilakukan pada beberapa candi, seperti Candi Kotomahligai, Candi Parit Duku, Menapo Alun-alun, dan Candi Sialang. Selain itu, beberapa candi yang telah dikenal oleh masyarakat, seperti Candi Gumpung, Kedaton, dan Candi Kembar Batu, juga turut dioptimalisasi.
Pemerintah juga berencana membangun Museum Cagar Budaya Muaro Jambi, yang akan memamerkan artefak bersejarah, termasuk serpihan arca dan makara yang berasal dari Kerajaan Sriwijaya. Museum ini akan menggabungkan berbagai aspek budaya lokal, termasuk anyaman tradisional, gastronomi khas Jambi, serta pendidikan sejarah tentang kehidupan para biksu yang mengajarkan Panca Widya di kawasan ini.
Keunikan Candi Muaro Jambi
Candi Muaro Jambi memiliki sejumlah keunikan yang membedakannya dari situs lainnya. Sebagai candi terbesar di Indonesia, kompleks ini memiliki 82 reruntuhan yang terbentang sejauh 12 kilometer. Dulu, kawasan ini dilengkapi dengan parit, danau, dan kolam yang menghubungkan ke Sungai Batanghari, jalur pelayaran yang mengundang para biksu dari berbagai negara Asia. Sistem tata letak ini dipercaya sebagai simbol kosmologi Buddha, dengan garis batas antara dunia profan dan sakral yang diwakili oleh sungai, danau, serta parit tersebut.
Arca-arca yang ditemukan di situs ini, seperti Arca Dewi Prajna Paramita dan Arca Nandi, memberikan gambaran tentang praktik keagamaan di masa lalu. Salah satu situs menarik lainnya adalah Kolam Telagorajo, yang digunakan sebagai sumber air bagi penduduk sekitar dan memiliki kedalaman sekitar 2-3 meter.
Destinasi Wisata Edukatif dan Kekinian
Seiring dengan revitalisasi, pengalaman mengunjungi Candi Muaro Jambi kini semakin menyenangkan dan edukatif. Dengan perbaikan jalan setapak berbahan karet, pengunjung bisa menikmati suasana tenang yang membawa mereka lebih dekat dengan sejarah. Pemerintah juga mulai memperhatikan kebutuhan para wisatawan modern, termasuk menyediakan spot-spot menarik bagi anak muda untuk berfoto dan mengabadikan momen berlibur, tanpa merusak makna dan fungsi situs candi.
Konsep destinasi wisata ini berkembang dengan penambahan warung kopi, kafe, serta sarana olahraga yang memadukan tradisi Buddha, seperti yoga dan meditasi. Untuk mendukung ekonomi lokal dan pariwisata, Pemerintah juga mengadakan berbagai acara internasional, seperti lomba dayung di Sungai Batanghari, yang akan meningkatkan visibilitas Candi Muaro Jambi di dunia internasional.
Dampak Positif bagi Kebudayaan dan Ekonomi Lokal
Revitalisasi Candi Muaro Jambi tidak hanya akan memberikan dampak bagi sektor kebudayaan, tetapi juga bagi ekonomi masyarakat sekitar. Melihat keberhasilan Candi Borobudur yang berhasil menciptakan ribuan lapangan kerja dan mendatangkan pendapatan yang signifikan, Candi Muaro Jambi berpotensi menjadi destinasi pariwisata utama yang mendukung perekonomian lokal. Dengan adanya peningkatan fasilitas, aksesibilitas, dan kegiatan budaya, Candi Muaro Jambi bisa menjadi salah satu ikon pariwisata Indonesia yang terus berkembang.
Revitalisasi Candi Muaro Jambi memberikan angin segar bagi pengembangan kebudayaan dan pariwisata Indonesia. Ini adalah langkah strategis yang tidak hanya memelihara warisan sejarah, tetapi juga menghidupkan potensi ekonomi dan budaya bagi masyarakat lokal, serta membuka peluang bagi Indonesia untuk menunjukkan kekayaan budaya dan sejarahnya di dunia.
More Stories
PTBA Ubah Lahan Tidak Produktif di Sukamoro untuk Pemberdayaan Masyarakat
LPS Evaluasi Kenaikan Batas Jaminan Simpanan di Atas Rp 2 Miliar
Memperkuat Literasi Keuangan untuk Mencapai Masyarakat yang Cerdas Finansial