CENTRALNESIA – Bergabungnya Indonesia dengan BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) dinilai sebagai langkah strategis untuk memperluas pengaruh diplomasi, memperkuat ketahanan ekonomi, dan memanfaatkan peluang kerja sama bilateral di sektor energi dan pangan. Menurut pengamat politik Yunarto Wijaya, langkah ini mencerminkan penerapan politik luar negeri bebas aktif dengan pendekatan yang lebih konkret dan proaktif.
Peluang Strategis dari Keanggotaan BRICS
1.Sektor Energi:
- Rusia, anggota BRICS, merupakan salah satu pemasok energi terbesar di dunia.
- Keanggotaan Indonesia membuka peluang untuk negosiasi bilateral yang lebih menguntungkan, khususnya dalam memenuhi kebutuhan energi nasional, seperti gas, minyak, dan energi baru terbarukan.
2.Sektor Pangan:
- India, anggota BRICS lainnya, merupakan salah satu produsen dan eksportir beras terbesar di dunia.
- Indonesia, sebagai importir pangan utama, dapat menjalin kerja sama strategis untuk meningkatkan pasokan dengan harga yang kompetitif.
3.Diplomasi Global:
- Keanggotaan di BRICS memperkuat posisi Indonesia dalam memperjuangkan isu-isu negara Selatan Global (Global South), seperti ketimpangan ekonomi global dan reformasi lembaga internasional.
- Menunjukkan ambisi Indonesia untuk lebih aktif di panggung diplomasi global, melampaui pendekatan pasif non-blok.
Tantangan dan Risiko
1. Keseimbangan Politik Luar Negeri:
- Yunarto menyoroti pentingnya menjaga posisi Indonesia agar tidak terjebak dalam dinamika konflik geopolitik antara kekuatan global seperti AS dan China.
- Mengambil posisi terlalu tegas dalam isu sensitif dapat meningkatkan risiko politik dan diplomasi.
2. Ketergantungan Ekonomi:
- Meski peluang kerja sama energi dan pangan menjanjikan, Indonesia perlu memastikan diversifikasi mitra dagang agar tidak terlalu bergantung pada satu atau dua anggota BRICS.
3. Implementasi Kebijakan:
- Manfaat keanggotaan bergantung pada bagaimana Indonesia mengelola hubungan bilateral dalam kerangka BRICS, memastikan kesepakatan strategis benar-benar menguntungkan secara ekonomi.
Langkah Ke Depan
1. Memperkuat Negosiasi Bilateral:
- Fokus pada pengamanan kesepakatan energi dengan Rusia dan kerja sama pangan dengan India.
- Mendorong pembentukan mekanisme perdagangan antar anggota BRICS yang lebih efisien, seperti menggunakan mata uang lokal untuk transaksi.
2. Penguatan Domestik:
- Mengembangkan infrastruktur energi dan pangan dalam negeri untuk mendukung hasil kerja sama BRICS.
- Memanfaatkan investasi dari BRICS untuk pembangunan industri hilir dan energi terbarukan.
3. Diplomasi yang Seimbang:
- Tetap menjaga hubungan baik dengan negara-negara Barat sambil memanfaatkan keanggotaan BRICS untuk memperluas opsi kerja sama.
Kesimpulan
Langkah Indonesia untuk bergabung dengan BRICS membuka peluang besar dalam sektor energi, pangan, dan diplomasi global. Namun, keberhasilan langkah ini sangat bergantung pada pengelolaan strategi diplomasi yang seimbang dan implementasi kebijakan yang tepat di dalam negeri. Dengan pendekatan yang hati-hati dan proaktif, keanggotaan BRICS dapat menjadi salah satu pilar penting dalam memperkuat ekonomi dan pengaruh Indonesia di tingkat global.
More Stories
PTBA Ubah Lahan Tidak Produktif di Sukamoro untuk Pemberdayaan Masyarakat
LPS Evaluasi Kenaikan Batas Jaminan Simpanan di Atas Rp 2 Miliar
Memperkuat Literasi Keuangan untuk Mencapai Masyarakat yang Cerdas Finansial