CENTRALNESIA – Zimbabwe kini menggunakan mata uang baru bernama Zimbabwe Gold (ZiG), yang dipatok dengan nilai sekitar Rp48 hingga Rp50 per dolar Zimbabwe. Dengan demikian, nilai 1 juta dolar Zimbabwe setara dengan sekitar Rp48 juta. Sebelumnya, Zimbabwe menggunakan dolar Zimbabwe (ZWD), tetapi mengalami hiperinflasi yang ekstrem, menyebabkan nilai mata uang tersebut merosot drastis—dari USD1 yang setara dengan Z$300.000.000.000.000 pada tahun 2009.
Penyebab utama krisis hiperinflasi ini adalah kesalahan kebijakan oleh presiden Robert Mugabe dan pemerintahannya. Pada tahun 2000, pemerintah mengambil alih lahan pertanian milik pemilik kulit putih dan mendistribusikannya kepada petani kulit hitam. Namun, banyak petani baru tidak memiliki pengalaman dan sumber daya yang cukup untuk menjaga produktivitas, sehingga hasil pertanian menurun tajam. Selain itu, penjarahan politik dan korupsi oleh elit masyarakat menghalangi sektor perbankan dalam memobilisasi dana untuk investasi.
Hiperinflasi Zimbabwe mencapai puncaknya di angka 231 juta persen karena Reserve Bank of Zimbabwe (RBZ) terus mencetak uang untuk menutupi defisit anggaran. Untuk mengatasi kondisi ini, pemerintah kemudian memperbolehkan penggunaan mata uang asing, termasuk dolar AS dan yen Jepang, sebagai alat pembayaran yang sah.
Setelah menghapus ZWD dari sirkulasi, Zimbabwe meluncurkan ZiG, tetapi masalah nilai mata uang belum sepenuhnya teratasi. Pada September 2024, nilai ZiG anjlok hingga 44%. Mupandawana, seorang ekonom independen, menyatakan bahwa penurunan nilai ini mencerminkan kondisi ekonomi Zimbabwe yang sebenarnya. Prosper Chitambara, ekonom senior, menilai bahwa keputusan untuk membiarkan ZiG jatuh dapat berdampak positif bagi perekonomian, menandakan bahwa bank sentral memberikan lebih banyak kekuatan pasar dalam menentukan nilai mata uang negara.
More Stories
OCBC dan Tokocrypto Hadirkan Solusi Inovatif untuk Optimalkan Potensi Besar Aset Kripto di Indonesia
OJK Panggil Anak Perusahaan KoinWorks Akibat Gagal Bayar
137 Bank Ditutup, Faktor-Faktor yang Membuat BPR di Indonesia Rentan Bangkrut