
CENTRALNESIA – Pasar mata uang kripto mengalami gejolak besar, dengan Bitcoin terjatuh ke angka US$ 95.000 setelah sebelumnya sempat mencapai puncak US$ 103.000. Saat ini, harga Bitcoin berada di kisaran US$ 100.000, mencatat penurunan sekitar 5,10 persen dalam satu hari terakhir. Penurunan ini terjadi bersamaan dengan lonjakan aktivitas perdagangan, yang tercatat meningkat sebesar 17,68 persen, mencapai US$ 130,68 miliar.
Kapitalisasi pasar Bitcoin kini tercatat sebesar US$ 1,94 triliun, memberikan kontribusi besar terhadap total kapitalisasi pasar kripto yang mencapai US$ 3,57 triliun. Namun, dalam 24 jam terakhir, pasar kripto secara keseluruhan mengalami penurunan sebesar 2,69 persen, sementara dominasi Bitcoin sedikit menurun, dari 55 persen menjadi 53,91 persen.
Optimisme dari Investor Institusional
Meski harga Bitcoin sedang mengalami penurunan, investor institusional tetap menunjukkan minat yang kuat. ETF Bitcoin spot tercatat terus mencatatkan arus masuk dana yang signifikan dalam enam hari terakhir. Pada 5 Desember, tercatat arus masuk sebesar US$ 767 juta, dengan BlackRock memimpin arus masuk melalui ETF IBIT, mencapai total US$ 2,5 miliar dalam lima hari terakhir, termasuk rekor harian US$ 771 juta.
Gejolak Harga dan Likuidasi Besar-Besaran
Penyusutan harga ini juga memicu likuidasi besar-besaran senilai US$ 1,1 miliar dalam 24 jam terakhir, angka tertinggi sejak Desember 2021. Sebagian besar likuidasi ini berasal dari posisi long sebesar US$ 815 juta, sementara US$ 280 juta berasal dari posisi short. Analis menilai bahwa kondisi ini dipicu oleh aksi ‘leverage flush’ dari investor besar, yang diperburuk oleh penggunaan leverage yang berlebihan oleh trader ritel saat harga Bitcoin mencapai puncaknya.
Apa yang Terjadi Selanjutnya untuk Bitcoin?
Dari sisi analisis teknikal, terdapat beberapa indikator yang perlu diperhatikan. Indikator Relative Strength Index (RSI) Bitcoin saat ini berada di angka 63,56, mendekati level jenuh beli. Namun, indikator Chaikin Money Flow (CMF) tetap menunjukkan angka positif di 0,12, yang mengindikasikan adanya minat beli yang stabil.
Sementara itu, rata-rata pergerakan harga Bitcoin masih berada di atas rata-rata 50 hari, menunjukkan tren positif dalam jangka panjang. Namun, Bitcoin kini menghadapi level resisten kuat di angka US$ 103.000. Jika level ini berhasil ditembus, Bitcoin berpotensi melanjutkan kenaikan hingga mencapai US$ 110.000. Sebaliknya, jika gagal menembusnya, harga dapat kembali menguji level support di US$ 93.000.
Tinjauan Pola Historis dan Prediksi Masa Depan
Penurunan harga ini sejalan dengan pola historis dalam siklus pasar Bitcoin, di mana terdapat perjalanan signifikan dari titik terendah ke puncak pasar. Analis mencatat bahwa siklus sebelumnya menunjukkan perjalanan 1.065 hari dari titik terendah ke puncak, dan 1.430 hari dari titik terendah berikutnya. Jika pola ini terulang, puncak harga Bitcoin berikutnya diperkirakan akan terjadi pada Oktober 2025.
Dengan volatilitas yang terus terjadi, banyak yang bertanya-tanya apakah Bitcoin akan mampu bertahan di level US$ 100.000 atau bahkan melanjutkan kenaikannya dalam waktu dekat. Sebagian investor dan analis masih melihat potensi besar di masa depan, meskipun tantangan dan gejolak pasar tetap ada.
More Stories
Persaingan Likuiditas Perbankan Kian Ketat, Bank Mandiri Soroti Tantangan Penghimpunan Dana
Koreksi Data Kurs Rupiah di Google dan Literasi Ekonomi Digital
Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Provinsi Jambi Mencapai 111% dari Target 2024