
CENTRALNESIA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Bali mencatat pembiayaan di wilayah Bali mencapai Rp11,89 triliun selama periode Januari-November 2024, meningkat 11,87 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023 sebesar Rp10,48 triliun.
Dominasi Pembiayaan Perdagangan dan Otomotif
Kepala OJK Provinsi Bali, Kristrianti Puji Rahayu, menyampaikan bahwa pertumbuhan ini terutama didorong oleh sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi, serta perawatan mobil dan sepeda motor, yang menguasai 29,56 persen pangsa pasar pembiayaan. Selain itu, sektor penyewaan, sewa guna usaha tanpa hak opsi, agen perjalanan, dan penunjang usaha lainnya menyumbang 13,49 persen dari total pembiayaan.
Pembiayaan Bermasalah Terjaga Rendah
Tingkat pembiayaan bermasalah (Non-Performing Financing/NPF) tercatat tetap rendah dan terkendali. Posisi NPF pada November 2024 sebesar 0,91 persen, membaik dibandingkan November 2023 yang mencapai 1,18 persen.
Modal Ventura dan Pariwisata Meningkat
Penyaluran pembiayaan melalui Modal Ventura di Bali mencapai Rp90,41 miliar, tumbuh 9,88 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. NPF Modal Ventura juga mengalami perbaikan, turun dari 1,46 persen pada November 2023 menjadi 1,15 persen pada November 2024.
Kristrianti menyebut bahwa pemulihan sektor pariwisata Bali menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi dan kinerja pembiayaan di daerah tersebut.
Pertumbuhan Kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK)
Sektor perbankan di Bali juga menunjukkan performa positif, dengan penyaluran kredit mencapai Rp111,7 triliun pada Januari-November 2024, naik 6,87 persen dari Rp104 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini terutama didukung oleh kredit investasi yang mencapai Rp35 triliun.
Kemampuan masyarakat dalam menabung pun meningkat, dengan total dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan mencapai Rp189,98 triliun, tumbuh 13,30 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Fungsi Intermediasi Masih Perlu Ditingkatkan
Meskipun kinerja sektor pembiayaan dan perbankan meningkat, rasio loan-to-deposit (LDR) perbankan masih relatif rendah di 58,83 persen. Hal ini menunjukkan adanya ruang yang besar bagi bank untuk meningkatkan fungsi intermediasinya.
Pertumbuhan positif di berbagai sektor keuangan di Bali mencerminkan pemulihan ekonomi yang semakin solid, terutama dengan dukungan dari sektor pariwisata dan investasi.
More Stories
BNI Targetkan Pembiayaan Berkelanjutan Rp199,67 Triliun pada 2024 untuk Dukung Ekonomi Hijau
BPK Berkomitmen Periksa Laporan Keuangan WMU Tahun 2024 Sesuai Standar Internasional
Stok Beras Bulog Cabang Rejang Lebong Cukupi Kebutuhan Hingga Empat Bulan Ke Depan