
CENTRALNESIA -Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) ditutup menguat pada perdagangan Selasa (19/11/2024), dengan kenaikan 12 poin atau 0,08 persen menjadi Rp15.845 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.857 per dolar AS.
Faktor Utama Penguatan Rupiah
Penguatan rupiah dipengaruhi oleh ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter Bank Sentral AS (The Fed), yang kemungkinan akan memangkas suku bunga acuannya pada Desember 2024.
Menurut Ariston Tjendra, pengamat pasar uang:
- Berdasarkan survei CME, terdapat 68 persen peluang bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga, sementara 32 persen peluang The Fed mempertahankan suku bunga acuannya.
- Ekspektasi pemangkasan suku bunga ini melemahkan posisi dolar AS di pasar global.
Faktor Tambahan: Kebijakan Ekonomi Donald Trump
Pasar juga bereaksi terhadap agenda ekonomi Donald Trump, presiden terpilih AS 2024, yang mencakup:
- Peningkatan anggaran untuk menumbuhkan ekonomi AS, yang diperkirakan dapat meningkatkan defisit anggaran dan berpotensi melemahkan ekonomi jangka panjang.
- Potensi kebijakan perang tarif yang dapat menciptakan volatilitas dolar AS, meskipun cenderung menjaga dolar tidak terlalu melemah.
Data Kurs JISDOR
Bank Indonesia melalui Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) melaporkan rupiah berada pada Rp15.816 per dolar AS, menguat dibandingkan level sebelumnya Rp15.848 per dolar AS.
Proyeksi dan Sentimen Pasar
Meskipun rupiah menguat, pelaku pasar masih waspada terhadap:
- Potensi kebijakan proteksionisme dari Trump.
- Ketidakpastian global yang mungkin memengaruhi nilai tukar.
Ke depan, pergerakan rupiah kemungkinan akan tetap dipengaruhi oleh kebijakan The Fed, agenda fiskal AS, serta perkembangan ekonomi domestik Indonesia.
More Stories
BNI Targetkan Pembiayaan Berkelanjutan Rp199,67 Triliun pada 2024 untuk Dukung Ekonomi Hijau
BPK Berkomitmen Periksa Laporan Keuangan WMU Tahun 2024 Sesuai Standar Internasional
Stok Beras Bulog Cabang Rejang Lebong Cukupi Kebutuhan Hingga Empat Bulan Ke Depan